Seperti Bunga Yang Mekar

/
0 Comments

Assalamu'alaikum, fellas!
Jam masih menunjukkan pukul 7:42 WIB. Aku baru saja menyelesaikan tugas pagiku bersama ibuku: belanja, memasak dan mencuci. Setelah selesai, aku masuk ke kamar dan memeriksa ponselku. Ada satu pesan masuk. Dari Bapak.


"Ada lowongan di hotel. Bagian TU. Tapi nggak boleh pakai kerudung."
diterima pukul 7:11 WIB
satu sms masuk lagi. Bapak lagi.
"Nanti setelah dua - tiga tahun baru pakai kerudung lagi. Kalo nggak gitu kamu usaha sendiri aja.”

Menerima semua pesan itu, membuatku lelah. Aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasurku dan menatap lagi pesan itu.
Bukankah kita sudah pernah membahas ini, Pak?

Beberapa waktu lalu, ketika Bapak mengantarku pulang ke Kediri, di dalam mobil Beliau sudah menanyakan hal ini padaku.
“Ros, kamu kalo pengen kerja di Surabaya kamu harus lepas kerudung...”, kupingku langsung panas, “Di sini banyak orang Cina nya. Mana boleh pakai kerudung?!”
“Ya nggak nyari yang kayak gitu paakk!!!”, nada bicaraku tinggi dengan muka sebel, “Ya cari kerja yang nggak perlu lepas kerudung!!”
Bapakku langsung mengalah dan melanjutkan pembicaraan dengan nada yang lebih rendah. “Kalo gitu kerja ke orang Arab aja...”, pembicaraan selanjutnya aku tidak mendengarkannya secara serius.
Seharusnya aku tidak berbicara dengan nada tinggi seperti itu. Tapi aku benci Bapakku mengatakan hal itu. Benci sekali.

Yah, aku baru saja lulus dan memang sudah waktunya untuk mencari pekerjaan. Surat Penetapan Kelulusanku baru saja keluar satu bulan kemarin dan aku tahu betapa mendesaknya bagiku untuk segera mendapat pekerjaan.

Bapakku sudah berumur hampir 60 tahun dan memiliki pekerjaan yang tidak tetap. Seorang supir panggilan. Memang sudah waktunya bagi beliau untuk pensiun.
Tapi aku baru saja lulus dan masih menganggur hingga saat ini.
Bapakku memang mendesakku untuk segera mendapat pekerjaan. Beliau menyuruhku untuk menerima pekerjaan apapun itu selama dibayar dengan layak. Beliau juga sering curcol bahwa beliau sudah capek menjadi supir, mobil yang dipakai selalu punya pengeluaran lebih, service ini itu, rusak ini itu, tabungan akhir-akhir ini tidak ada pemasukan, lahan kelapa sawit di Sumatera waktunya tanam ulang dan bakalan nggak menghasilkan uang selama masa tanam ulang itu dan masih banyak lainnya.
Curcolan semacam itu juga yang membuatku semakin berpikir bagaimana aku bisa mendapat pekerjaan dengan cepat.

Tapi aku seorang sarjana dan aku berharap mempunyai pekerjaan yang lebih layak dan tidak sembarangan. Beberapa orang berkata, “Kita sarjana lho, masa jadi tenaga kontrak?”, “Kita sarjana lho, masa kerja di tempat kayak gitu?”, “Kita sarjana lho, masa mau kerja kayak gitu? Digaji segitu?”
Itu benar-benar membuatku frustasi.

Tetapi beberapa orang lain berkata, “Sudahlah Ros. Kita itu fresh graduate. Kita belum punya pengalaman apapun. Meski kita S1, kita nggak usah berharap terlalu banyak pada gaji yang diberikan orang. Yang kita butuhkan adalah pengalaman. Tapi menurut gue, elo juga harus nyari tempat kerja yang bisa membuat elo berkembang, jangan yang biasa-biasa aja.”
 Dan kalian tau kan kalo nyari tempat kerja yang bisa membuat aku berkembang bukanlah hal yang mudah. Tetap saja banyak saingan. Dan apa yang aku punya? Aku tidak punya hal yang bisa dijadikan kelebihan dalam CV ku. Aku tidak memiliki pengalaman organisasi yang bisa diperhitungkan, aku bukan komunikator yang baik. Aku lebih suka menulis daripada berbicara. Ketika aku mendapat lowongan yang aku pikir jobdesk nya sesuai dengan yang ku suka, latar belakang pendidikan yang dicari berbeda denganku: Akutansi, Statistik, bidang ekonomi dan hukum. Dan itu semua bukan latar belakang pendidikanku. Aku adalah Sarjana Sosial di bidang administrasi negara. Dan jarang sekali lowongan pekerjaan yang mencantumkan lulusan S1/D3 Administrasi Negara. Satu hal yang aku banggakan hanya nilai Toefl yang sedikit cukup lumayan: 533. Dan aku yakin masih banyak orang di luar sana yang nilai Toefl nya lebih tinggi dariku. Itu tidak bisa dijadikan pegangan.

Aku benar-benar berpikir keras tentang hal ini.

Lalu apa yang harus kulakukan ketika keluargaku benar-benar membutuhkan uang untuk ditabung sesegera mungkin? Temanku yang lulus bulan Maret aja sampai sekarang belum dapat kerja.
Ada sih. Beberapa. Itupun, menurutku, karena mereka memiliki orang tua yang bekerja dan bisa dengan mudah mencarikan mereka pekerjaan. Yang orang tuanya pegawai, anaknya direkrut ke perusahaan yang sama meski ditempatkan di beda tempat; Yang orang tuanya pengusaha, anaknya direkrut sendiri untuk mengelola usahanya.
Betapa beruntungnya mereka.
Aku? Kami orang-orang yang orang tuanya hanya petani atau pegawai serabutan dan terlebih tidak memiliki kemampuan lebih untuk bersaing dengan anak-anak jenius lain, tidak mendapatkan pekerjaan secepat itu. Kami punya effort yang lebih.
Aku tahu ini tidak mudah dengan kemampuan yang pas-pasan. Banyak orang dengan kemampuan lebih di luar sana.

Tapi..... Hey, bukankah Allah SWT yang mengatur rejeki kita?


وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرً

Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya, sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (Qs. at Talaq: 3)

Percaya bukan bahwa rejeki tidak pernah tertukar? Segalanya telah ditetapkan oleh-Nya. Kita hanya perlu berusaha, tawakkal.


Kita tidak pernah tahu seperti apa hidup kita kelak, bagaimana takdir kita, bagaimana rejeki kita, tapi percayalah. Ini seperti bunga yang mekar: kita tidak pernah tahu kapan bunga itu mekar, tapi selama kita sabar menunggu dan selalu berusaha untuk menjadikannya mekar, maka di waktu yang tepat ia akan mekar dengan sangat indah.

Haha, aku ingat kutipan itu sering dijadikan Profile Picture Blackberry Messenger teman-temanku ketika berjuang mengerjakan skripsi waktu itu. Tapi kutipan itu juga yang membuatku untuk melapangkan dadaku, pikiranku, bahwa In Shaa Allah akan ada pekerjaan terbaik bagiku di waktu yang tepat nanti. Allah knows what best for us. Believe Him most.
Dan yang paling penting:
aku tidak akan melepas hijabku untuk apapun.


You may also like

Tidak ada komentar: