Dalam review yang berjudul ‘The Understanding and Practice of Servant-Leadership’, Larry C. Spears mencoba memberikan gambaran umum tentang konsep ide Robert K. Greenleaf tentang Servant-Leadership (kepemimpinan yang melayani). Review ini merupakan review esai Robert K. Greenleaf yang diterbitkan tahun 1970. Greenleaf dalam esai yang berjudul “The Servant as Leader”, yang untuk pertama kali memperkenalkan istilah Servant-leadership pada khalayak. Tujuan penulisan essai ini sendiri adalah untuk merangsang pikiran dan tindakan dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli lagi. Larry menyatakan bahwa berbagai model kepemimpinan (tradisional, autokratik dan hierarki) menaruh perhatian pada pandangan berbeda tentang cara bekerja, yaitu yang berbasis kerja tim dan komunitas, yang berusaha melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan, yang berbasis kuat pada etika dan kepedulian perilaku, serta yang berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi pekerja sekaligus meningkatkan kepedulian dan kualitas institusi. Semua hal tersebut memunculkan adanya pendekatan Servant-Leadership.

Servant-leadership merupakan pendekatan kepemimpinan yang menekankan pada peningkatan pelayanan pada orang lain, termasuk karyawan, konsumen atau masyarakat sebagai prioritas utama. Greenleaf mengatakan bahwa servant-leadership dimulai dari perasaan ingin melayani, kemudian berkembang menjadi pilihan sadar untuk menjadi seorang pemimpin. Dalam review, Larry Spears menuliskan sepuluh karakteristik servant-leader (pemimpin yang melayani), yaitu Listening (mau mendengarkan), empathy (memiliki rasa empati), Healing (mampu menyembuhkan keputusasaan karyawan), awareness (memiliki kesadaran umum), Persuasion (kemampuan meyakinkan khalayak), konseptualisasi (mampu mengkonsep visi), Foresight (kemampuan meramal situsi masa depan), Stewardship (memegang kepercayaan yang diberikan orang lain), komitmen untuk menumbuhkembangkan profesionalitas individu, dan membangun komunitas tertentu.

Setelah melalui perjalanan yang panjang, prinsip servant-leadership diaplikasikan dalam proses bekerja dan berbisnis suatu perusahaan. Larry Spears kembali menguraikan aplikasi-aplikasi dari servant-leadership Greenleaf di berbagai perusahaan. Yang pertama ia menyebutkan servant-leadership sebagai model kelembagaan. Dalam hal ini, servant-leadership menyarankan pendekatan kelompok untuk analisis dan pengambilan keputusan guna memperkuat lembaga dan memperbaiki masyarakat. Selain itu juga, menekankan kekuatan persuasi dan mencari konsensus daripada sistem top down yang sudah diterapkan selama ini. Servant-leadership juga menyatakan bahwa tujuan utama sebuah bisnis tidak hanya mencari keuntungan bisnis semata tetapi juga harus bisa menciptakan dampak positif bagi karyawan dan masyarakat. Disana dicontohkan perusahaan TD Industries yang berhasil membawa perusahaan mereka menjadi salah satu perusahaan terbaik dengan mengangkat filosofi kepemimpinan-yang-melayani (servant-leadership).

Aplikasi kedua adalah pendidikan dan pelatihan pengabdi (wali) sukarela (not-for-profit trustee). Disini yang dimaksud pengabdi adalah dewan direksi beserta komisarisnya. Servant-leadership menunjukkan bahwa pengabdi tersebut perlu menjalani perubahan radikal dalam bagaimana mereka mendekati peran mereka. Pengabdi (wali) yang berusaha bertindak sebagai servant-leader dapat membantu menciptakan lembaga yang berkualitas.

Aplikasi ketiga adalah program komunitas kepemiminan. Hal ini menyangkut pendalaman peran pemimpin dalam organisasi kepemimpinan masyarakat. Semakin banyak kelompok kepemimpinan masyarakat yang menggunakan sumber dari Greenleaf center sebagai bagian dari usaha pendidikan dan pelatihan mereka sendiri.

Aplikasi keempat adalah program pembelajaran pelayanan. Ini menggabungkan antara servant-leadership dengan pendidikan pengalaman. Aplikasi kelima adalah pendidikan kepemimpinan. Hal ini menyangkut penggunaan servant-leadership baik dalam pendidikan formal dan informal dan program pelatihan. Hal ini dilakukan melalui kepemimpinan dan pelatihan manajemen di perguruan tinggi dan universitas, serta melalui program pelatihan perusahaan. Aplikasi keenam adalah transformasi pendidikan. Dalam hal ini, servant-leadership digunakan dalam program yang berhubungan dengan pengembangan pribadi. Servant-leadership beroperasi baik di tingkat kelembagaan maupun pribadi. Bagi individu hal itu menawarkan sarana pertumbuhan rohani pribadi, profesional, emosional, dan intelektual.

Ketertarikan dalam filsafat dan praktek servant-leadership Greenleaf sekarang ini pada titik tertinggi sepanjang masa. Ratusan artikel tentang konsep servant-leadership telah muncul di berbagai majalah, jurnal, dan surat kabar selama dekade terakhir. Banyak buku tentang masalah umum kepemimpinan telah diterbitkan yang merekomendasikan servant-leadership sebagai cara yang lebih holistik. Dan, akan semakin banyak literatur yang tersedia untuk memahami dan mempraktekan servant-leadership Robert K. Greenleaf.
Percaya tidak bahwa pada dasarnya manusia terdiri dari sisi negatif dan sisi positif?
Percaya tidak bahwa pada dasarnya manusia tidak bisa berubah?
Percaya tidak bahwa sebenarnya yang terjadi bukanlah "kita berubah" tapi "sisi baik ku lebih mendominasi" atau "sisi negatif ku mendominasi". . ??



Aku berpikir bahwa manusia tidak bisa berubah.


Aku menulis posting ini karena....... kau tau, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri seseorang (bisa dikatakan) 'dibully'. .
Benar-benar dibully. . yah walaupun tidak secara fisik. .
Tapi...... entahlah. Aku merasa simpati terhadapnya. .

Baiklah, begini ceritanya.
Dia cewek temennya temenku. Sebut saja namanya 'Ayam'. Dan temanku itu namanya 'Kucing'.
Kucing pernah bercerita bahwa Ayam itu anaknya frontal, omongannya itu nggak bisa dijaga, tidak memperhatikan perasaan orang lain, nggak berpikir panjang, dan lain-lain. Aku cuma mendengarkan dan diam. Aku sesekali menanggapinya dengan senyuman dan beberapa pertanyaan seperti "Kenapa?", lalu "Ohh..."
Dan dia juga bercerita saat ini si Ayam lagi 'perang dingin' sama Cicak (temannya sekelas + sekamar) cuma gara2 cowok yang disukai si ayam ternyata jadian sama Cicak. Dan ternyata si ayam ngerasa buruk tentang hal itu dan akhirnya membuat hubungannya dengan cicak menjadi runyam.

Oh, ya. Orang-orang yang aku ceritakan disini adalah satu geng, biasanya kemana-mana bareng. Tapi gara insiden 'temen makan temen', hubungan antar geng ini jadi ..... rumit!

Hmmm......... sebenernya aku juga nggak paham bagaimana cerita selengkapnya, hanya saja ketika kemarin mereka se-geng minus cicak berkumpul di rumahku, mereka menampakkan suasana yang tidak menyenangkan dalam pertemanan.

Well, aku merasa si Ayam ini 'dikucilkan' oleh teman-teman se-gengnya sendiri. Kau tau karena apa? Masing-masing dari mereka 'pernah' sakit hati gara-gara omongan si Ayam.
Dan karena itulah, mereka secara serempak mengatakan seperti ini:
"Kamu harus berubah, Yam. Berubahah. Kamu tau nggak kalo omonganmu itu nyakitin orang lain. Kamu lho pernah gini ke aku, kamu pernah gitu ke dia. Dan kita sakit hati..."
Mereka mengatakan berkali-kali supaya si Ayam itu berubah.

Oke. Itu bagus. Maksudku, menyadarkan orang yang salah.

Dan kau tau apa yang paling parah?
Entahlah, tapi aku merasa si Ayam itu benar-benar ... tersesat. Dia seperti linglung. Dia bahkan menjawab perkataan teman-temannya dengan "Lalu aku harus gimana? Bagaimana aku berubah?"

Dari situ aku menyimpulkan bahwa sebenarnya ada keinginan dari si Ayam untuk BERUBAH.
Oke. Itu sangat bagus.

Tapi yang membuatku jadi tak suka dengan model pertemanan mereka adalah "Seolah mereka peduli, tapi sebenarnya tidak"
Aku mengatakan begitu karena seolah2 si Ayam jadi dikucilkan, setiap dia ngomong sesuatu nggak ada yang dengerin, bahkan mereka seolah-olah mengalihkan pembicaraan.

Dalam hati aku berkata, "Bisa nggak sih, orang-orang ini melihat sisi lain dari Ayam?"
Seolah-olah hati mereka sudah tertutup oleh sakit hati.
Maksudku, pernah nggak dia memposisikan dirinya jadi si Ayam?
Maksudku, bisa nggak mereka liat niat baik yang udah si Ayam lakuin? Dia mau berubah lho.... Itu udah baik menurutku.

Rasanya saat itu aku ingin mengangkat tangan dan berkata:
Gini ya, NGOMONG ITU GAMPANG!
Nyuruh orang lain berubah itu gampang. Tapi jujur saja itu susah dilakukan. Apalagi ini berkaitan dengan kepribadian. IT'S REALLY HARD, DUDE. .

Tau kenapa? Karena sampai sekarang aku juga tidak bisa merubah diriku.

Beratus-ratus kali, beribu-ribu kali Ibuku mengatakan "Mbok ya yang ramah gitu lho nduk. yang supel ..." bla bla bla , Tapi NGGAK BISA! Kenapa? BECAUSE THIS IS ME. Aku adanya seperti ini; nggak bisa dengan gaya yang sok SKSD, supel, tertawa disana sini, dengan mudahnya mendapat banyak teman.... Tidak!
Itu bukan berarti aku tidak mencoba untuk supel dan sebagainya. I'VE TRIED! Oke, aku sudah mencobanya dan aku seperti merasa ini bukan aku. justru aku tidak merasa nyaman dengan hal-hal yang sok akrab dan banyak bicara. Entahlah, rasanya setelah aku mencobanya, aku justru merasa bersalah. Merasa bahwa omonganku tidak membawa manfaat yang berarti.
Ya, aku juga bukan orang yang punya kepercayaan diri yang cukup.

Dan seberapapun aku mencoba untuk supel, pada akhirnya aku kembali menjadi diriku yang dulu.

Ketika aku melihat si Ayam saat itu, aku merasa dia juga hilang. . .
Sebelumnya, yang aku tahu, dia cewek yang ceria, yang bisa ketawa lebar-lebar. Tapi ketika kemarin itu, dia seolah-olah jadi takut untuk berbicara keras2, bercanda...... Ia takut menyakiti lagi.

I knew that feels, sist. . .

Kau tau, konteks berubah disini berbeda dengan 'berubah untuk tidak merokok', 'berubah untuk berhenti nyontek', dsb. Aku pikir itu bisa dilakukan.
Tapi ini tentang kepribadian. Identitas diri.
Identitas diriku bukan yang suka ketawa sana-sini, yang bisa supel dengan siapapun; Aku itu seorang yang jarang berbicara, yang tidak suka SKSD. (Mmm.... tapi beda lagi kalo kamu udah kenal lama sama aku. .).
Mungkin bagi beberapa orang yang baru pertama bertemu dan kenal, akan merasa canggung untuk berbicara panjang lebar denganku. Karena aku pada dasarnya sulit menghangatkan suasana, kadang sulit untuk menjaga seseorang untuk tetap mengobrol denganku.
Tapi, ingat! I'LL TRY MY BEST. Selama itu tidak melampaui yang aku bisa.

Begitu juga dengan si Ayam. Aku yakin dia telah berusaha semampunya.
Tapi camkan ini.
Walaupun kita telah berusaha merubah itu, hanya perubahan kecil yang mampu kami hasilkan. Dan sayangnya orang tidak memperhatikan itu. Dan mereka terus menuntut pada kami.


Pada akhirnya, hanya satu yang akan kutanyakan pada mereka,
"Bisakah kau menerima kami seperti ini??"

If you're not, I'll find someone who will...
Aku akan pergi dan mencari seseorang yang bisa menerimaku, benar-benar menerimaku tanpa harus membuatku merasa dikucilkan.....

Ada fenomena yang sebenernya dari dulu pengen aku kupas.
Ini tentang PENGEMIS!

Menurutku, banyak Pengemis sekarang ini yang (maap) "TUKANG TIPU"!
Maksudku, sekarang ini, banyak pengemis yang PURA-PURA! --> pura-pura lemah, pura-pura cacat, pura-pura loyo, pura-pura kumal, pura-pura nggak punya rumah, .... dan segala kepura-puraan mereka yang lain. Bahkan nih, ada juga yang udah nggak pake' kepura-puraan. Langsung nodong minta duit. Biasanya yang ngelakuin hal ini anak-anak, agak ABG gitu.
Kok aku bisa bilang kayak gitu?
Karena aku pernah mengalami sendiri. (yah, sapa coba yang nggak pernah berurusan sama pengemis)


Waktu itu aku lagi duduk-duduk santai di kedai teh di dalem Pasar Wonokromo Surabaya. Eh, pas enak-enak nungguin es nya dibikin, tiba-tiba ada anak muncul sambil menengadah dan bilang, "Mbak, minta duitnya mbak. Belum makan mbak. ..... Ayolah mbak. Minta duitnya mbak."
Begitu aku geleng-geleng untuk menandakan ketidakmauan, tuh anak langsung bilang, "Pelit sampeyan mbak....", sambil ngomel gak jelas (rada' nggak denger tuh anak ngomong apaan). Terus dia pergi ke yang lain.
Hhhhh...... yang kecil aja udah diajarin buat NGEMIS.... ??

Apalagi setelah membaca berita dari detikNews tentang pengemis yang jadi jutawan di kampungnya. Belum lagi orang yang pura-pura jadi cacat. (Astagfirulaahh. . .) Moga aja tuh orang nggak jadi cacat beneran.

INI BENAR-BENAR IRONIS!

Inilah kenapa aku bilang "Indonesia Krisis Iman" ----> Koruptor menggila, ngemis jadi pekerjaan yang menjanjikan, tindak asusila yang sepertinya mulai jadi biasa buat orang-orang kita (liat aja kelakuan orang-orang yang 'kepergok' lewat tipi). (Naudzubillaahh...)

Kalo keadaannya kayak gini, aku, yang awalnya pengen sedekah, jadi ngerasa gimanaaaa gitu. Kadang juga duit yang mereka (*pengemis) dapet, dipakai buat beli hal yang gak bermanfaat ----> Rokok, miras, dll. Dan juga, setelah tau bahwa banyak pengemis yang udah lebih kaya' dari kita, rasanya jadi nggak respect ama pengemis. Padahal, (mungkin) masih ada pengemis di luar sana yang emang bener-bener butuh sedekah kita. Tapi gara-gara kelakuan para 'Tukang Tipu' itu jadi pandangan kita ke pengemis jadi negatif terus.

Jadi.... gimana dong? Mau tetep ngasih atau enggak??


Kalo kata bapakku, "Ya udahlah. Kita kan niatnya sedekah. Kasian liat orang kayak gitu. Kalo ternyata mereka cuma pura-pura, ya.... itu urusan dia ama Yang Diatas..."
Sedangkan kalo kata ibukku, "Liat-liat dulu aja orang yang mau kita kasih. Kalo sekiranya dia masih segar bugar, mending nggak usah. Mending kita ngasih sedekah ke orang yang kita udah tau kalo dia memang kurang mampu...."

Bijak kan bapak-ibukku??? :D


Kalo kalian, gimana cara menyikapi hal seperti itu?
Pernah punya pengalaman langsung?
Share Yuukk. . .


Tanggal 9 Desember besok akan diadakan Pemilu Kepala Daerah serentak dan aku ingin nge-share ulang artikel ini dari blogku yang lama. Aku pikir ini penting, sekedar sebagai pengingat saja.

Waktu itu bertepatan dengan pemilu presiden 2014. Salah satu temen facebook nge-share ke komunitas alumni SMA ku, mengingatkan bahwa Pemilu kurang dua bulan lagi. Dan dia juga bilang, "Gunakan kesempatanmu untuk berpartisipasi, jangan apatis" dengan tautan 'Buta Politik' dibawahnya.

Begitu aku baca tulisan 'buta politik' itu, intinya, bahwa bodoh sekali jika tidak mau mendengar, mengatakan dan ikut berpartisipasi dalam pemilu karena segala hal yang terjadi di negara ini adalah dari hasil politik.
BENAR MEMANG. Tidak salah sedikitpun.

Memang semakin banyak saja warga yang golput atau memilih tidak mencoblos waktu pemilu atau bahkan pilkada. Bukan tanpa alasan. Bukan berarti mereka tidak suka politik. Hanya saja mereka beralasan 'TIDAK KENAL' dengan si Calon.

Ketika pilgub Jawa Timur kemaren, alhamdulillah saya sudah berpartisipasi dengan memberikan suara ke TPU. Tetapi masih ada juga tetangga yang memilih golput, atau bahkan jika mereka tidak golput, mereka justru asal-asalan dalam mencoblos (mereka mencoblos nomor semua calon). Jelas itu tidak sah dong! Tapi mereka sadar lho, melakukan itu. Bukan karena ketidaktahuan. Yah, walaupun masih ada juga yang nyoblos asal-asalan karena tidak tahu. Tetapi yang perlu diperhatikan, kenapa mereka melakukan kesalahan padahal mereka tahu itu salah???

*Ini hasil nguping dan ikut nimbrung*

Bu X : Pak Y, coblos yang mana tadi? (sok kepo)
Pak Y : Ah, saya coblos semua tadi.
Saya : Lho? Kok dicoblos semua? Nggak sah dong pak?
Pak Y : Ya Biarin. Bingung mau milih yang mana..
Bu Z : Saya aja nggak nyoblos kok Pak Y. Lha wong nggak kenal kok. Lagian, ntar pasti juga tetep gini-gini aja.


Dari situ, saya menyimpulkan bahwa tulisan 'Buta Politik' itu benar.
Lalu sekarang pertanyaannya adalah:
Mengapa mereka golput?
Mengapa mereka buta politik dan justru merasa bangga karena buta politik?

Baiklah. Salah satu alasannya adalah "Nggak Kenal".
Nggak kenal si Calon? Iya.
Masuk akal juga kalo misalnya orang nggak mau nyoblos alias golput karena nggak ngerti calon-calon mana yang PANTAS untuk dipilih.
Mmmm.... Pengennya sih juga berpartisipasi (bagi yang nggak buta politik), tapi bingung harus pilih calon yang mana?
Kalo pemilu presiden atau kepala daerah, (mungkin) masih bisa pilih-pilih dengan tepat karena calonnya nggak terlalu banyak. Paling 3 sampai 4 calon. Mungkin bisa juga ditelusuri jejak politiknya via internet.



Yang bingung kalo udah pemilu legislatif. Bingung abis.
Kan kadang kita nggak tau asal usul si caleg. Apalagi kalo kasusnya udah kayak yang di tipi:
"Caleg Kota ini/ Prov ini ternyata cuma tukang becak"
"Caleg Kota ini/ Prov ini ternyata cuma lulusan SD"

Nah! Untung aja ketahuan di depan. Nah yang nggak ketahuan itu gimana?!

Memang ada orang yang buta politik, karena mungkin mereka sudah capek. Mereka menganggap, kader-kader partai itu ya gitu2 aja. Mungkin kompetensinya beda, tapi ajarannya itu lho. Ajaran dari partainya. Kayak gini nih: "Inget! Siapa yang udah bikin lo sampek di posisi ini? Jangan sampek lupa.."
Seharusnya kan kalo udah menjabat, ya udah. Lepas dari politiknya, untuk kepala eksekutif.
Kalo yang legislatif, ya setidaknya dia bisa membedakan porsi untuk rakyat dan porsi untuk partainya.

Tapi itu teoritis banget emang. Faktanya, teori selalu beda dengan praktek. Pasti ada improvisasi2 teori dalam praktek. Atau bahkan bisa sampai bikin teori baru dari praktek2 tersebut.

Kenapa jadi ngelantur jauh gini ya?!

Yah, intinya, sebenarnya golput itu bukannya apatis-apatis banget kok. Saya yakin orang golput itu masih peduli dengan Negara ini. Hanya saja perlu diperbaiki sistem politiknya.
Eh, masuk akal nggak sih?
Kayaknya nggak masuk akal ya kalo memperbaiki sispol ?!

Mmm.... mungkin yang perlu diperbaiki komunikasi politiknya kali ya.
Supaya visi misi parpol itu bisa tertangkap secara jelas oleh masyarakat.
Jangan cuma kalo musim pemilu doang gencar komunikasi, itu mah namanya pencitraan, cari masa.
Apalagi kalo komunikasinya pake duit, yaaaahhhh...... itu bukan memberikan pendidikan politik yang baik kalo gitu. Berikan pendidikan politik yang baik ke masyarakat. Sesuaikan pendidikan politik ke masyarakat; bahasa, media, materi sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Kalo komunikasi politiknya bagus, insya Allah, masyarakat bakal lebih banyak yang mau berpartisipasi.

Eh, tapi Indonesia lebih demokratis lho daripada Amerika. (Kata dosenku sih, dan dia merujuk ke salah satu lembaga survey dunia gitu. Tapi aku lupa namanya)
Yah, disana masih lebih banyak yang golput daripada di Indonesia.
KIra-kira kenapa ya mereka golput?
Tau ah!
Kalo disini kan, biasanya golput karena latar belakang pendidikan yang rendah dan pendidikan politiknya yang juga belum tinggi2 amat. :D


Oke. Itu pemikiranku menganai golput.
Ini bukan berarti kalo golput itu bagus.
Nggak juga.
Liat situasinya.
Lagipula kalo kita tahu calon yang pantas, kenapa harus golput.

Mm... ini beda lagi ya ama orang2 yang emang udah pro ama satu parpol tertentu.
Pasti mereka, sampe akhir hayat, gimanapun keadaannya, mau siapapun calonnya, dia pasti bakalan pro ama partai  itu.

Kalo aku sih, mana yang baik, itu yang dipilih.
Bukan masalah pro sana, pro sini.
Yang profesional aja.... #Ceilah :)

Udah ah, jadi ngelantur kemana-mana.
Yang jelas, jangan jadikan golput sebagi pilihan utama, tapi pilihan akhir. Kalo perlu jadi pilihan cadangan aja.
OYI?!

Kali ini aku ingin memberitahu kalian tentang blog-blog ku yang terlantar. Pembacanya udah banyak sih, cuma aku kurang sreg sama isi blognya yang berantakan banget dan nggak terkonsep. Pengennya aku hapus aja, tapi tulisannya...... eman kalo ikutan kehapus!
Mungkin aku akan mengimpornya ke sini.


Aku mulai nge-blog sejak ada mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (kalo nggak salah) dan salah satu materinya tentang blogging gitu (nyambung gak sih?).
Awalnya cuma tugas. Tapi daripada blog itu nganggur, trus ditambah aku memang suka nulis hal yang nggak penting, akhirnya kenapa nggak dimanfaatkan aja blognya? Kan eman!

Selama nge-blog, aku suka gonta-ganti account. Nggak sreg, hapus. Nggak sreg lagi, hapus lagi. Bahkan, asal kalian tahu, aku punya 3 akun google cuma buat nge-blog. Niat banget kan?
Nggak. Itu cuma kebodohan.

Seingatku, dulu satu akun google cuma bisa bikin blog satu. Nggak kayak sekarang. Satu akun google bisa bikin lebih dari satu blog (seingatku sih). Karena itulah aku punya banyak akun.
*nb: buat temen2 yang punya akun google plus dengan nama Yuana Al Rosa lebih dari satu, hapus aja. Yang ini yang aku pake, yg phot-prof nya pake kerudung merah. Yang lainnya mau aku hapus.

Maunya sih yang lain aku hapus akun google nya. Tapi ada satu yang bermasalah.
Kayaknya ada yang ngambil alih.
Semacam nge-hack gitu. Cuma nggak ngirim hal-hal aneh kayak hacker biasanya. Sepertinya tujuannya cuma buat mengambil alih domain blog ku. Paham maksudku?
Nama blogspotku "Why So Serious" berubah isi jadi gambar batman. Dan kiriman blog yang biasanya aku share di akun google plus ku mendadak nggak ada. KOSONG!!
Masih nggak percaya dengan apa yang terjadi dengan akun google yang itu, aku mencoba membuka emailnya. Emang sih aku lupa passwordnya. Tapi akun googleku yang lainnya, yang aku juga lupa passwordnya (ingat! aku punya tiga akun google) bisa dipulihkan kembali dan dibuka kembali.
Tapi beda sama akun googleku yang bermasalah itu. Dia nggak bisa dipulihkan. Bahkan informasi dasarnya diganti.Semacam recovery systemnya diganti. Biasanya yang aku pake recovery itu nomor hape, kalo nggak gitu email yang biasanya aku buka. Nah yang terjadi di akun bermasalah itu nggak gitu. Malah minta angka2 yang nggak aku kenal sama sekali. Recovery systemnya bukannya ngirim ke hape, malah ke alamat lain yang aku nggak pernah bikin. Asli, nggak beres!

Akhirnya, karena udah mau ashar juga, aku ikhlasin deh itu akun. Seisi blognya.

Tersisa dua akun google.

Di dua akun google itu, aku punya tiga blog. Dua di akun sini. Satu di akun sono.
Sebenarnya lima blog malah. Tapi yang dua udah dalam tahap penghapusan.
Hahahaha.

Rencananya aku mau nutup akun yang di sono. Biar nggak kebanyakan alamat email dan password. Kalo kebanyakan bikin lupa dan jangan-jangan ujung-ujungnya di ambil alih kayak gitu. Kan menakutkan!

Oh ya, ini blog yang aku kelola di akun sono:
Ini Blog CHABIE
Viewers nya udah sekitar 14k. Cuma jarang ngisi. Kan dulu lupa passwordnya.....jadi nggak bisa ngisi. Sekarang mau ngisi........ kayaknya mending ngisi di sini aja. Kalo ngisi dua blog? Akunya yang kurang materi.
Plan: Delete This Blog and also The Google Account.

Sebenarnya eman! Ditambah followers google plusku mencapai 52. Nggak banyak sih. Tapi kalo mulai dari awal lagi kan, nol lagi.
Tapi nggak apa lah.
Selalu ada yang harus dikorbankan untuk sesuatu yang besar (apanya yang besar coba?)

Selain blog di atas, blog yang ini juga mau aku hapus:
Ini blog pertamaku. Aku udah jarang nulis disini. Lagi pula ini nggak terkonsep. Berantakan. Jadi, hapus aja deh. Viewers nya udah hampir 50k. Eman banget sebenernya. Tapi nggak apalah.
Selalu ada yang harus dikorbankan dan yang diprioritaskan untuk sesuatu yang besar. - Bukan Mario Teguh.