Pemilu: Golput = Apatis ??

/
1 Comments


Tanggal 9 Desember besok akan diadakan Pemilu Kepala Daerah serentak dan aku ingin nge-share ulang artikel ini dari blogku yang lama. Aku pikir ini penting, sekedar sebagai pengingat saja.

Waktu itu bertepatan dengan pemilu presiden 2014. Salah satu temen facebook nge-share ke komunitas alumni SMA ku, mengingatkan bahwa Pemilu kurang dua bulan lagi. Dan dia juga bilang, "Gunakan kesempatanmu untuk berpartisipasi, jangan apatis" dengan tautan 'Buta Politik' dibawahnya.

Begitu aku baca tulisan 'buta politik' itu, intinya, bahwa bodoh sekali jika tidak mau mendengar, mengatakan dan ikut berpartisipasi dalam pemilu karena segala hal yang terjadi di negara ini adalah dari hasil politik.
BENAR MEMANG. Tidak salah sedikitpun.

Memang semakin banyak saja warga yang golput atau memilih tidak mencoblos waktu pemilu atau bahkan pilkada. Bukan tanpa alasan. Bukan berarti mereka tidak suka politik. Hanya saja mereka beralasan 'TIDAK KENAL' dengan si Calon.

Ketika pilgub Jawa Timur kemaren, alhamdulillah saya sudah berpartisipasi dengan memberikan suara ke TPU. Tetapi masih ada juga tetangga yang memilih golput, atau bahkan jika mereka tidak golput, mereka justru asal-asalan dalam mencoblos (mereka mencoblos nomor semua calon). Jelas itu tidak sah dong! Tapi mereka sadar lho, melakukan itu. Bukan karena ketidaktahuan. Yah, walaupun masih ada juga yang nyoblos asal-asalan karena tidak tahu. Tetapi yang perlu diperhatikan, kenapa mereka melakukan kesalahan padahal mereka tahu itu salah???

*Ini hasil nguping dan ikut nimbrung*

Bu X : Pak Y, coblos yang mana tadi? (sok kepo)
Pak Y : Ah, saya coblos semua tadi.
Saya : Lho? Kok dicoblos semua? Nggak sah dong pak?
Pak Y : Ya Biarin. Bingung mau milih yang mana..
Bu Z : Saya aja nggak nyoblos kok Pak Y. Lha wong nggak kenal kok. Lagian, ntar pasti juga tetep gini-gini aja.


Dari situ, saya menyimpulkan bahwa tulisan 'Buta Politik' itu benar.
Lalu sekarang pertanyaannya adalah:
Mengapa mereka golput?
Mengapa mereka buta politik dan justru merasa bangga karena buta politik?

Baiklah. Salah satu alasannya adalah "Nggak Kenal".
Nggak kenal si Calon? Iya.
Masuk akal juga kalo misalnya orang nggak mau nyoblos alias golput karena nggak ngerti calon-calon mana yang PANTAS untuk dipilih.
Mmmm.... Pengennya sih juga berpartisipasi (bagi yang nggak buta politik), tapi bingung harus pilih calon yang mana?
Kalo pemilu presiden atau kepala daerah, (mungkin) masih bisa pilih-pilih dengan tepat karena calonnya nggak terlalu banyak. Paling 3 sampai 4 calon. Mungkin bisa juga ditelusuri jejak politiknya via internet.



Yang bingung kalo udah pemilu legislatif. Bingung abis.
Kan kadang kita nggak tau asal usul si caleg. Apalagi kalo kasusnya udah kayak yang di tipi:
"Caleg Kota ini/ Prov ini ternyata cuma tukang becak"
"Caleg Kota ini/ Prov ini ternyata cuma lulusan SD"

Nah! Untung aja ketahuan di depan. Nah yang nggak ketahuan itu gimana?!

Memang ada orang yang buta politik, karena mungkin mereka sudah capek. Mereka menganggap, kader-kader partai itu ya gitu2 aja. Mungkin kompetensinya beda, tapi ajarannya itu lho. Ajaran dari partainya. Kayak gini nih: "Inget! Siapa yang udah bikin lo sampek di posisi ini? Jangan sampek lupa.."
Seharusnya kan kalo udah menjabat, ya udah. Lepas dari politiknya, untuk kepala eksekutif.
Kalo yang legislatif, ya setidaknya dia bisa membedakan porsi untuk rakyat dan porsi untuk partainya.

Tapi itu teoritis banget emang. Faktanya, teori selalu beda dengan praktek. Pasti ada improvisasi2 teori dalam praktek. Atau bahkan bisa sampai bikin teori baru dari praktek2 tersebut.

Kenapa jadi ngelantur jauh gini ya?!

Yah, intinya, sebenarnya golput itu bukannya apatis-apatis banget kok. Saya yakin orang golput itu masih peduli dengan Negara ini. Hanya saja perlu diperbaiki sistem politiknya.
Eh, masuk akal nggak sih?
Kayaknya nggak masuk akal ya kalo memperbaiki sispol ?!

Mmm.... mungkin yang perlu diperbaiki komunikasi politiknya kali ya.
Supaya visi misi parpol itu bisa tertangkap secara jelas oleh masyarakat.
Jangan cuma kalo musim pemilu doang gencar komunikasi, itu mah namanya pencitraan, cari masa.
Apalagi kalo komunikasinya pake duit, yaaaahhhh...... itu bukan memberikan pendidikan politik yang baik kalo gitu. Berikan pendidikan politik yang baik ke masyarakat. Sesuaikan pendidikan politik ke masyarakat; bahasa, media, materi sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Kalo komunikasi politiknya bagus, insya Allah, masyarakat bakal lebih banyak yang mau berpartisipasi.

Eh, tapi Indonesia lebih demokratis lho daripada Amerika. (Kata dosenku sih, dan dia merujuk ke salah satu lembaga survey dunia gitu. Tapi aku lupa namanya)
Yah, disana masih lebih banyak yang golput daripada di Indonesia.
KIra-kira kenapa ya mereka golput?
Tau ah!
Kalo disini kan, biasanya golput karena latar belakang pendidikan yang rendah dan pendidikan politiknya yang juga belum tinggi2 amat. :D


Oke. Itu pemikiranku menganai golput.
Ini bukan berarti kalo golput itu bagus.
Nggak juga.
Liat situasinya.
Lagipula kalo kita tahu calon yang pantas, kenapa harus golput.

Mm... ini beda lagi ya ama orang2 yang emang udah pro ama satu parpol tertentu.
Pasti mereka, sampe akhir hayat, gimanapun keadaannya, mau siapapun calonnya, dia pasti bakalan pro ama partai  itu.

Kalo aku sih, mana yang baik, itu yang dipilih.
Bukan masalah pro sana, pro sini.
Yang profesional aja.... #Ceilah :)

Udah ah, jadi ngelantur kemana-mana.
Yang jelas, jangan jadikan golput sebagi pilihan utama, tapi pilihan akhir. Kalo perlu jadi pilihan cadangan aja.
OYI?!


You may also like

1 komentar: